Aplikasi kencan Spotted sasar pasar Asia
By Masyitha Baziad December 30, 2015
- Dapatkan investasi US$14,5 juta, Spotted sasar Indonesia, Malaysia dan Thailand
- Klaim bukan aplikasi kencan acak namun tindak lanjut dari pertemuan singkat
To read this story in English, click here.
APLIKASI kencan kini semakin marak meramaikan bursa industri aplikasi di Indonesia, tak terkecuali aplikasi besutan usaha rintisan asal Jerman, Spotted.
Hadir di Indonesia, sejak Oktober 2015 lalu, Spotted mencoba menjajaki pasar aplikasi kencan. Dan, pada 2016 mendatang, Spotted menargetkan akan melakukan ekspansi ke dua negara Asia lainnya, seperti ke Malaysia dan Thailand.
Spotted yakin, aplikasinya bakal diminati di Asia yang memiliki jumlah populasi terbesar dalam penggunaan Internet.
Apalagi sebelumnya, Spotted telah mendaptkan suntikan investasi tahap kedua sebesar US$14,5 juta (sekitar Rp197,6 miliar) pada Agustus 2015 dari Media Ventures, Wolfman Holdings, dan afiliasi Deutsche Balaton AG.
“Setelah kami mendapatkan pendanaan dari investor, kami ingin melakukan ekspansi ke Asia serta belahan dunia lain. Namun, kami fokus dulu di Asia Tenggara terutama di Indonesia, lalu Malaysia dan Thailand di 2016 mendatang,” ujar Andre Sierek, Business Development Spotted GmbH pada Digital News Asia (DNA) melalui surat elektronik.
Sejak berdiri pada 2013, Spotted selama ini menyasar pasar negara berbahasa Jerman dan memiliki basis kuat di Jerman, Austria, Swiss dan Afrika Utara.
Aplikasi ini menggunakan metode yang di sebut dengan Hyper-Local. Sebagai contoh, saat secara tidak sengaja kita bertemu seseorang – lawan jenis di suatu tempat seperti cafe, mal, atau di kendaraan umum, Spotted akan membantu untuk menemukan kembali dengan orang tersebut.
Saat ini, menurut Andre, Spotted memiliki satu juta pengguna di seluruh dunia dengan aplikasi yang diunduh sebanyak 10.000 per hari. Karena ingin menambah basis pengguna, Spotted pun sadar tak bisa mengandalkan bisnisnya di benua Eropa saja.
Karena itulah, Spotted melirik Indonesia. Dengan alasannya, jumlah pengguna media sosial di Indonesia sangat besar dan hal itu menjadi ukuran Spotted untuk fokus menggerakkan pasar ini dengan serius di tanah air.
“Selain itu, riset internal perusahaan mengenai pasar Asia Tenggara menunjukkan bahwa masyarakat di belahan dunia ini menyenangi aplikasi sosial dan aplikasi kencan,” tambah Andre.
Dua bulan mencoba peruntungan di pasar Indonesia, Spotted pun telah meraih sebanyak 15.000 unduhan aplikasi.
“Pengguna kami di Indonesia benar-benar menyukai aplikasi ini dan paling senang dengan fitur ‘anonymous love notes’ yang kami tawarkan,” jelas Andre saat ditanya mengenai respon masyarakat Indonesia terhadap aplikasi ini.
Lokalisasi konten
Mengubah fokus pasar dari pasar yang berbahasa Jerman, ke pasar Asia Tenggara tak semudah membalikkan telapak tangan.
Upaya lokalisasi konten terutama bahasa yang digunakan menjadi pekerjaan yang paling utama dan harus diselesaikan serta terus disempurnakan.
“Tantangan utama bagi kami adalah menumbuhkan basis pengguna lokal, serta harus menangani kebutuhan tiap pasar yang berbeda-beda,” ujar Andre.
Meski belum berkantor di Indonesia, namun perusahaan menggaet mitra lokal untuk melokalisasi konten dan promosi online.
“Pendekatan lokalisasi konten seperti Indonesia juga akan kami bawa ke Malaysia dan Thailand, kami akan kerjasama dengan mitra lokal,” tambahnya.
Andre menuturkan, bahwa fokus Spotted di tahun mendatang adalah untuk menumbuhkan basis pengguna sebanyak-banyaknya, serta melihat kesempatan untuk ekspansi di pasar-pasar potensial.
“Kami juga berencana untuk membuka kantor Spotted di San Franscisco serta Asia Tenggara tahun depan,” tambahnya tanpa memberikan keterangan secara detil negara mana saja di Asia Tenggara yang akan dijadikan basis operasional Spotted.
Bukan aplikasi kencan acak
Bertemu saat masih duduk di bangku kuliah di Universitas Heidelberg, Jerman, Nik Myftari, Nicolas Amann, Christian Kapp, Alexander Pelz, dan Tung Nguyen mendirikan Spotted dengan tujuan merevolusi cara orang terhubung satu sama lain.
Revolusi ini direalisasikan dengan cara memberikan kesempatan kedua bagi sebuah hubungan yang belum sempat terjalin.
“Spotted bukan aplikasi kencan acak yang mempertemukan orang secara acak. Konsep Spotted lebih seperti mesin waktu, artinya mempertemukan orang yang sebenarnya pernah bertemu sebelumnya, namun tak sempat menindaklanjuti hubungannya,” tutur Andre.
Hal ini juga yang menjadi keunikan Spotted dibanding aplikasi kencan yang banyak beredar di pasar online. “Pendekatan kami sangat unik, dan fokus pada pencarian cinta sejati dan hubungan yang serius,” tambahnya.
Fungsi utama Spotted disebut dengan ‘Deja-Vu,’ dimana para pengguna dapat melihat orang-orang yang pernah bersilang jalan dengan mereka dimana saja, termasuk di sebuah restoran, di bus, maupun sebuah pusat perbelanjaan.
Jika pengguna menyukai atau ingin memberi sinyal kepada seseorang yang disukai, maka pengguna bisa mengedipkan mata (fungsi wink) dan jika orang tersebut membalas wink, maka keduanya bisa melanjutkan koneksi dengan percakapan pribadi atau saling mengirim pesan.
Pengguna juga dapat mengirimkan surat cinta tanpa nama atau ‘anonymous love notes’ jika sedang mencari pasangan potensial.
“Sekali lagi, pendekatan kami adalah mempertemukan pengguna dengan orang-orang yang pernah ditemui sebelumnya, bukan orang yang secara acak dipilih,” papar Andre kemudian.
Dengan pendekatan ini, pengguna harus menyalakan mode lokasi pada ponsel pintarnya sehingga Spotted dapat secara akurat merekam lokasi dan tanggal dimana penggunanya mungkin bertemu dengan calon pasangannya.
“Semakin banyak penggunanya, semakin banyak juga kesempatan merekam siapa-siapa saja yang pernah bersilang jalan dengan kita,” tambahnya.
Artikel Terkait:
Dating app startup Paktor lands US$7.5mil in Series B round
A match between Malaysia’s Lovesprk and Singapore’s LoveByte
With 10mil downloads, Between eyes platform play in 2016
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di Twitter, LinkedIn or sukai laman kami di Facebook.