Bisnis aplikasi dan permainan online masih tersendat
By Masyitha Baziad December 15, 2015
- Pengembang kesulitan memonetisasi produk, pengguna memilih aplikasi gratis
- Pengembang hidup dari Iklan, kerjasama B2B, dan keterlibatan komunitas
BISNIS aplikasi dan permainan lokal semakin ramai didatangi pemain dan produk baru setiap harinya. Sayangnya, bisnis ini bagi para pengembang aplikasi dan permainan lokal belum bisa dihandalkan sepenuhnya, karena belum mendatangkan pundi-pundi emas yang diinginkan, layaknya bisnis besar lainnya.
“Memang bisnis aplikasi dan permainan online ini masih baru, jadi pasti nilainya masih kecil. Kami berharap masyarakat mulai menghargai kami sebagai pengembang dan tidak keberatan untuk membayar jika ingin menggunakan sebuah aplikasi, terutama yang berkualitas,” papar Andi Taru (gambar), founder studio kreatif berbasis di Salatiga, Jawa Tengah yang memproduksi beragam permainan edukasi anak, Educa Studio.
Menurut Andi, permainan edukasi online yang dibuat oleh timnya hingga saat ini masih ditawarkan secara gratis pada sistem operasi Android, iOS dan Windows Phone, namun di dalamnya masih ada iklan sebagai sumber pendapatan utama.
“Sayangnya, banyak orangtua yang masih bertahan dengan banyaknya iklan dalam permainan online gratis kami, padahal kami sudah mengedukasi bahwa iklan itu mungkin bisa tidak cocok untuk anak yang menjadi pengguna utama permainan,” tambah Andi.
Edukasi demi edukasi telah dilakukan agar para orang tua mau membeli versi bebas iklan dari permainan Educa Studio, namun kata Andi, ada orang tua yang memberi umpan balik dan mengatakan, “tidak apa-apa ada iklan yang penting gratis.”
Bukan hanya Andi, beberapa pengembang lokal lain yang ditemui di Jakarta, 10 Desember lalu dalam ajang Developer Showcase Google Indonesia mengutarakan hal yang sama.
Calvin Kizana, founder sekaligus CEO Inovidea dengan produk aplikasi foto PicMix mengakui, untuk bertahan hidup, pengembang harus ekstra inovatif dan kreatif dalam mencari sumber pendapatan lain di luar pembelian aplikasi atau permainan online.
“Kami sadar bahwa pembelian aplikasi belum bisa menjadi tumpuan utama monetisasi, pengembang Indonesia masih belum bisa hidup dari berjualan aplikasi,” ujarnya.
Komunitas pegang peran penting
Bagi Calvin, meski tidak memberikan pendapatan langsung pada pengembang, namun peran komunitas dan menjaga hubungan baik dengan komunitas adalah salah satu resep utama PicMix untuk bertahan.
PicMix yang awalnya dibangun dalam sistem operasi BlackBerry memiliki komunitas fanatik di berbagai penjuru dunia, sehingga membantu memberikan promosi gratis pada calon pengguna lain.
“Komunitas itu penting untuk dijaga dan digerakkan karena mereka adalah pengguna setia, selanjutnya mereka akan mengajak teman-temannya untuk menggunakan aplikasi kita, perannya begitu penting,” paparnya.
Komunitas ini bisa menggerakkan basis pengguna, dan jika basis pengguna sudah besar, maka akan mampu mendatangkan iklan dan kerjasama antar bisnis.
Meski PicMix yang telah mendunia dengan jumlah pemasangan mencapai 100 juta, kenyataannya, nilai pembelian aplikasi hanya berkontribusi di bawah 1 persen dari pendapatan PicMix.
Pendapatan utama justru berasal dari iklan serta kerjasama dengan merek atau perusahaan lain yang ingin menyentuh pengguna PicMix, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Peran komunitas juga tidak bisa dianggap enteng oleh para pengembang permainan online. Para gamer yang bermain melalui komputer pribadi tergabung dalam komunitas besar, fanatik, dan sebenarnya mau mengeluarkan uang demi permainan favoritnya.
“Sebenarnya para gamer PC itu karakternya mau mengeluarkan uang bahkan dengan jumlah besar demi sebuah permainan, hanya saja pada platform mobile masih belum seperti itu,” ujar Roki Soeharyo, cofounder dan chief operating officer perusahaan permainan mobile TouchTen Games.
Roki menambahkan, komunitas mobile mungkin masih terbatas dibandingkan dengan permainan komputer, namun perlahan jika keseharian masyarakat lebih bergantung pada mobile, tren pembelian permainan, kupon, maupun aksesoris pendukung yang dijual pengembang bisa laku keras.
Artinya bagi para pengembang, harapan agar bisnis ini bisa menjadi industri besar ada di depan mata. Tentu saja, untuk mewujudkan hal ini, banyak pekerjaan rumah serta kesabaran yang dibutuhkan agar dapat mencapai visi tersebut.
Inovasi dan skala jangkauan
“Masyarakat sudah begitu pintar, semua sudah bisa mencari yang diinginkan dengan mudah. Nah, tantangan bagi para pengembang adalah terus berevolusi dan memberikan produk yang relevan,” pungkas Andi.
Bagi Educa Studio, target utama aplikasinya yang menyasar anak-anak menjadi peluang dan tantangan tersendiri.
“Jumlahnya cukup terbatas, dan anak-anak terus berkembang, aplikasi yang kami hadirkan harus mampu mencakup variasi umur yang berbeda, serta harus coba menggapai target di luar Indonesia,” tambahnya.
Educa Studio pun menargetkan akan meluncurkan sebuah aplikasi untuk balita dan bayi di tahun depan, serta aplikasi berbahasa Inggris untuk menyasar pasar di luar Indonesia.
Inovasi juga menjadi kunci bagi Calvin, untuk mengembangkan aplikasi PicMix. “Evolusi PicMix terbukti mendorong skala jangkauan, dari sekedar aplikasi foto, kini kita menjadi aplikasi photo sharing serta content sharing,” ucap Calvin.
“Selanjutnya, melihat sekarang e-commerce bagaikan urat nadi komunitas online terutama di Indonesia, PicMix akan menyediakan platform untuk jual beli online,” sambunngnya.
Inovasi seperti ini yang akan membuka jalan bagi kesempatan monetisasi baru untuk keberlangsungan pengembang lokal.
Pengakuan masyarakat terhadap aplikasi dan permainan local
Bisnis yang berkembang, tantangan pun banyak menghadang, salah satunya adalah kurangnya pengakuan masyarakat Indonesia kepada aplikasi dan permainan lokal.
Ini juga yang membuat Calvin merahasiakan asal-usul PicMix pada tahun awal diluncurkannya aplikasi ini.
“Saya takut jika orang Indonesia mengetahui PicMix adalah aplikasi lokal, mereka tidak mau pakai lagi, karena sejujurnya, begitulah masyarakat kita melihat produk lokal,” jelas Calvin.
Setelah PicMix mencapai angka basis pengguna 10 juta barulah Calvin membuka identitasnya dengan taruhan pengguna sudah merasa terikat dengan aplikasi, dan akhirnya mereka merasa bangga menggunakan aplikasi asli Indonesia.
Dukungan dan pengakuan masyarakat terhadap aplikasi serta permainan lokal, sangat penting karena pasar Indonesia yang amat besar.
“Sayang sekali jika pasar besar kita justru dikuasai oleh pemain asing, padahal aplikasi dan permainan buatan pengembang lokal tidak kalah bagus dan berkualitas,” timpal Roki.
Roki yang akhirnya memutuskan produk permainannya fokus pada pasar Indonesia mengakui, bahwa jika dukungan masyarakat lokal besar, efek domino bagi pengembang akan terasa, yakni monetisasi dan lirikan investor.
“Pengembang lokal hanya meminta masyarakat memberikan kesempatan, dan kepercayaan bahwa pengembang lokal mampu memberikan aplikasi dan permainan yang berkualitas,” tambah Calvin.
Lagipula, tidak ada yang mengetahui pasar Indonesia lebih baik daripada anak-anak bangsa. Bisnis yang potensial akan menjadi besar serta mampu berkontribusi pada perekonomian negara jika ekosistem terbangun.
Ini artinya pengembang memberikan produk yang bagus, pengguna akhirnya sadar akan kualitas sehingga mau membayar, serta didukungan adanya regulasi dari pemerintah. Bukan tidak mungkin, bisnis ini akan berkembang menjadi sebuah industri yang besar nantinya.
Artikel Terkait:
Google buka peluang bisnis bagi pengembang aplikasi lokal
Developers, the new rock-stars in the Philippines
Disrupt: IoT to be a goldmine for app developers
Pemerintah, ATSI all out dukung OTT lokal
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di Twitter, LinkedIn or sukai laman kami di Facebook.