Ini dia 10 tren konsumen 2016 versi Ericsson
By Ervina Anggraini January 20, 2016
- Tidak semua tren relevan dengan masyarakat Indonesia saat ini
- Proses peralihan dan adopsi teknologi akan semakin cepat
MEMASUKI 2016 Ericsson kembali melakukan riset mengenai tren konsumen yang akan berkembang sepanjang tahun. Sejak didirikan pada 1995, ConsumerLab milik Ericsson sudah sering melakukan riset mengenai kebiasaan konsumen dalam mengadopsi perkembangan teknologi.
Riset kali ini adalah mengenai tren konsumen sepanjang tahun 2016. Untuk riset ini Ericsson melibatkan lebih dari 40 ribu responden pengguna ponsel pintar di 24 negara di seluruh dunia.
1) Mempengaruhi gaya hidup
Tren penggunaan ponsel pintar dan sosial media mengubah gaya hidup masyarakat terutama dalam berkomunikasi sehari-hari. Dibandingkan pendapat ahli, netizen kini justru lebih percaya kepada opini publik karena lebih cepat dan mudah diakses.
Bukan hanya itu, menjamurnya aplikasi Internet juga mampu meningkatkan skala ekonomi dan memudahkan kehidupan masyarakat.
Sebagai contoh, tren aplikasi internet memungkinan banyak orang memesan ojek melalui ponsel. Sementara di sisi lain skala ekonomi pengojek meningkat karena pesanan terus bertambah. Jadi bukan sekedar solusi transportasi.
2) Penyuka video streaming meningkat
Dibandingkan tren lima tahun silam, tahun ini diprediksi penikmat video streaming akan terus meningkat. Pada 2011 sekitar 7 persen penikmat video streaming berusia antara 16-19 tahun menghabiskan waktu maksimal 3 jam untuk menonton video YouTube.
Tahun ini diprediksi meningkat hingga 46% dan waktu tonton lebih dari 3 jam dalam sehari.
Di sisi lain, hal ini tentu berdampak pada konsumsi data pelanggan. Sementara dari sisi operator sebagai penyelenggara jaringan, hal ini tentu membutuhkan kapasitas besar karena jumlah pengaksesnya terus bertambah dan jumlah yang dikonsumsi juga terus meningkat.
3) Kecerdasan buatan (Artificial Inteligence/ AI)
Kecerdasan buatan memungkinkan masyarakat bisa berinteraksi dengan berbagai objek yang ada di sekitarnya, bahkan diprediksi kedepannya AI dapat menggantikan fungsi layar ponsel. Dengan menanamkan ‘kecerdasan manusia’ dalam berbagai peralatan maka memungkinkan realisasi machine-to-machine (M2M) lebih cepat.
Dari sejumlah orang yang terlibat dalam studi, AI memungkinkan masyarakat ‘berinteraksi’ dengan peralatan rumah. Meski di beberapa negara sudah mulai mengadopsi teknologi ini, namun kedepannya diprediksi akan semakin banyak peralatan rumah yang terhubung dengan Internet.
4) Virtual menjadi lebih nyata
Jika selama ini banyak orang terhubung secara virtual melalui layanan pesan instan, maka sepanjang tahun ini diprediksi ada cara baru bagi orang untuk saling terhubung.
Besar kemungkinan bagi masyarakat yang terbiasa dengan video konferensi akan meningkat dengan menggunakan teknologi konferensi hologram. Masyarakat juga kian terbiasa untuk mencetak sendiri makanan yang ingin dikonsumsi.
5) Rumah yang dibekali sensor
Tren Internet of Things (IoT) dalam 5 tahun kedepan akan menjadikan rumah terhubung dengan sang pemilik.
Lebih dari sekedar menghubungkan peralatan rumah tangga, sensor yang disematkan membuat rumah bisa mengirimkan notifikasi saat ada kerusakan seperti bocor, kemunculan rayap dan kerusakan lainnya langsung ke ponsel pemilik rumah.
Lebih dari 20 ribu responden mengaku optimis jika bangunan rumah bisa dipasangi sensor sehingga memudahkan pemilik melakukan renovasi.
6) Smart commuters
Bagi orang yang kerap beraktivitas dari satu tempat ke tempat lainnya dan memakan waktu lama tentu berharap bisa tetap bisa online. Juga selama dalam perjalanan, terlebih bagi pengguna transportasi umum.
Saat ini sejumlah operator mulai mengoptimalkan jaringan, salah satunya di jalur kereta api dan halte bus.
Lebih dari 50 persen responden pengguna transportasi umum mengaku puas dengan ketersediaan akses Internet saat sedang beraktivitas di luar ruangan.
Bukan hanya itu, kemampuan penyedia jaringan dalam memberikan akses WiFi gratis juga turut meningkatkan kualitas layanan transportasi umum itu sendiri.
7) Aplikasi emergency chat
Meski terkesan sepele, namun aplikasi ini sangat membantu terlebih dengan kondisi geografis Indonesia yang rentan terkena bencana alam. Salah satu kasus yang meresahkan masyarakat yakni teror bom yang terjadi sepekan lalu di kawasan Sarinah, Jakarta.
Ketersediaan layanan pesan singkat saat kondisi genting mampu meminimalisir keresahan di tengah masyarakat. Selain itu jalur untuk mendapatkan informasi yang jelas dan valid mengenai apa yang sedang terjadi menjadi lebih terpercaya.
Aplikasi darurat ini mampu mendeteksi berita laporan masyarakat mana yang benar dan mana yang hoax. Kedepannya, diharapkan layanan ini bisa disediakan secara gratis oleh penyedia jaringan.
Sejauh ini layanan gratis bisa diakses melalui panggilan telepon nomor 112 tanpa menggunakan pulsa.
8) Internables
Jika tiga tahun terakhir perkembangan mengarah pada perangkat yang bisa dipakai dan terhubung dengan Internet, maka tahun ini diprediksi akan lebih berkembang.
Layaknya karakter dalam film Science fiction (SciFi), sensor pintar diprediksi bisa disematkan dalam tubuh manusia. Hal ini disebut mampu meningkatkan kemampuan fisik di bagian tertentu, salah satunya kemampuan penglihatan dan pendengaran.
9) Ancaman terhadap peretasan data
Kemudahan mengakses internet dari berbagai perangkat tentu memicu kekhawatiran akan serangan peretas. Terlebih data yang disimpan sangat riskan untuk disalahgunakan. Meski begitu, kebanyakan pengguna ponsel mengaku sadar akan selalu ada resiko peretasan data dan infeksi virus.
Dibandingkan kerugian yang dihadapi, responden mengaku lebih banyak merasakan keuntungan jika harus menyimpan data-data penting. Semakin tinggi keuntungan yang dirasakan, masyarakat justru mengaku lebih siap menghadapi resiko jika data penting akan diretas.
10) Jurnalisme warga
Meski bukan tren baru, namun seiring dengan berkembangnya akses sosial media tentu kemunculan jurnalisme warga akan semakin berlanjut. Pengguna Internet kian terbiasa melaporkan banyak hal yang terjadi di sekitar mereka karena mampu memberikan pengaruh besar.
Meski begitu, tren kemunculan jurnalisme warga tidak akan mengancam profesi jurnalisme professional. Mengingat masyarakat bisa memilah jurnalisme mana yang bisa dipercaya.
Studi yang dilakukan Ericsson tahun ini memang tidak melibatkan konsumen Indonesia. Sejumlah kota berkembang yang terlibat dalam riset ini diantaranya Yohanesburg, Sao Paolo, dan Mexico City. Sementara negara-negara di Asia yang terlibat dalam studi tersebut yakni Singapura, Korea Selatan, dan Jepang.
Sejumlah tren yang termasuk dalam studi Ericsson kali ini memang bukan hal baru lagi. VP marketing & communication Ericsson Hardyana Syintawati (gambar) menyebut beberapa tren memang belum relevan saat ini untuk masyarakat Indonesia, namun adopsinya akan berkembang dan semakin cepat.
“Tak dapat dipungkiri jika adopsi teknologi kedepannya akan mengalami akselerasi. Berkaca pada tren mobile phone saat pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat butuh waktu 16 tahun untuk mencapai penetrasi 25%, sementara Internet hanya butuh 6 tahun untuk mencapai angka yang sama,” kata perempuan yang kerap disapa Nana di tengah diskusi media di Jakarta, 19 Januari 2016.
Salah satu tren yang disebut Nana akan semakin diminati yakni konten video streaming. Di era 4G, sejumlah operator dituntut siap saat menghadapi permintaan konsumen yang terus meningkat bukan hanya di rumah tetapi juga saat berada di jalan.
“Nantinya kebutuhan untuk menonton video kapapun, dimana pun dan pakai layar apapun akan terus meningkat. Operator harus siap saat permintaan tersebut muncul. Untuk tren yang lain adopsinya tentu akan berjalan alami seiring dengan adopsi Internet yang kian luas,” imbuhnya.
Artikel Terkait:
The 10 hottest consumer trends for 2014, according to Ericsson
The top consumer trends for 2013, according to Ericsson
Global smartphone subs to reach 5.6bil by 2019: Ericsson
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di Twitter, LinkedIn or sukai laman kami di Facebook.