comScore dan Kantar hadirkan solusi pengukuran mobile
By Oleh Masyitha Baziad October 16, 2015
- Konsumen digital Indonesia mayoritas mobile
- Pengukuran mobile masih bergantung pada big data
MEMASUKI pasar Indonesia comScore Inc., salah satu perusahaan di bidang analisis media dan periklanan menghadirkan dua inisiatif untuk menyelesaikan isu pengukuran mobile secara efektif di Indonesia.
Yang pertama, berupa produk solusi aplikasi analisis pengguna mobile berbasis sensus bernama Mobile Metrix. Produk ini didesain untuk memastikan pengguna perangkat mobile disuguhkan pada iklan yang tepat.
Menurut Vice President comScore Asia Pasifik, Kerry Brown, hal ini didasari penetrasi penggunaan perangkat mobile untuk konsumsi konten digital yang cukup tinggi di Indonesia. Sistem Mobile Metrix pun bekerja dengan melakukan analisis terpadu perilaku pengguna mobile melalui browser dan karakteristik perangkat.
Saat ini, Mobile Matrix tersedia di 12 negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Dengan adanya solusi ini maka memungkinkan para penerbit yang telah ditandai (tagged) menunjukkan besaran serta nilai dari pelanggan mobile yang dimilikinya kepada pengiklan.
Bagi para perencana dan pembeli media, solusi ini tentu saja bisa membantu mereka mendapatkan data akurat dari para penerbit, sehingga bisa melihat dan menimbang peluangnya beriklan di platform perangkat mobile.
“Masalah inti dari pengukuran mobile selama ini sebenarnya terletak pada skala dari data yang perlu ditangkap, serta biaya yang diperlukan untuk melakukan hal tersebut,” ujarnya.
Agar bisa mencapai potensinya, mobile harus memiliki data pengukuran yang dapat mengirimkan informasi pada ekosistem media digital dan periklanan. Data pengukuran mobile ini akan membuktikan seberapa efektif saluran ini bagi para pengiklan.
Dalam ajang MMA Forum 2015, Brown menjelaskan bahwa untuk melakukan pengukuran mobile, diperlukan big data yang datang dari para penerbit. “Pengukuran mobile membutuhkan berbagai data, oleh karenanya kita harus mulai menandai segala perambah, video serta aplikasi yang berjalan di mobile maupun komputer pribadi,” tambahnya.
Meski data dari para penerbit ini terkesan sensitif, namun justru sangat dibutuhkan untuk dikelola dan menghasilkan sebuah pengukuran mobile yang terpercaya.
“Masih ada teka-teki dalam pengukuran mobile yang belum terpecahkan. Untuk itu, perlu adanya kerjasama antara perusahaan riset dan analisis pasar dengan penerbit lokal maupun internasional dalam menyediakan data besaran dan intensitas pelanggan mobile miliknya,” jelas Brown pada Digital News Asia (DNA) di sela ajang MMA Forum 2015 di Jakarta, pada 15 September.
Data yang didapatkan dari para penerbit yang menggunakan solusi Mobile Matrix milik comScore nantinya akan menjadi big data yang harus digabungkan dengan data lain agar dapat menghasilkan pengukuran mobile yang akurat.
Maka, di sinilah inisiatif kedua diperkenalkan, yakni kerjasama antara comScore dengan Kantar, sebuah perusahaan riset global bermarkas di Inggris, untuk melakukan pembinaan panel mobile bersama yang akan mendorong pengukuran mobile dan multi platform di masa datang.
Pembinaan panel ini akan berfungsi sebagai penerjemah big data yang diterima dari penerbit pengguna solusi comScore Mobile Matrix, untuk digabungkan dengan sampel data berbasis sensus yang berskala nasional.
“Gabungkan kedua data tersebut secara bersamaan dan di situlah akurasi dan data pengukuran mobile didapatkan, sensus profil akan muncul, dan inilah yang dibutuhkan oleh para pengiklan, agen dan penerbit untuk mendapatkan pengukuran media yang tepat,” tegas Brown.
Konsumen Indonesia mobile majority
Menurut Chief Client Officer Kantar Asia Pasifik, Tim Kelsall (gambar), pengukuran mobile seharusnya menjadi kebutuhan yang sudah mendesak bagi industri periklanan digital di Indonesia.
Ini karena para pemegang merek dan agen periklanan membutuhkan data dan analisis yang terpercaya serta dapat diandalkan untuk menyasar konsumen.
Sedangkan para penerbit maupun penyiar (broadcaster) menurutnya membutuhkan data untuk mendapatkan keuntungan dari aset dan pelanggannya.
“Tataran dan karakteristik konsumen digital di Indonesia sedikit berbeda dibandingkan dengan negara lain di dunia.
“Pembedanya adalah dari sisi penetrasi komputer pribadi baik laptop maupun desktop lebih rendah dibandingkan penetrasi digital melalui ponsel pintar,” ujar Kelsall dalam forum.
Berdasarkan pengamatannya, konsumen digital dunia saat ini sedang menuju pada arah multi platform, konsumen Indonesia justru sedang menuju pada arah yang mayoritas mobile atau mobile majority, artinya sebagian besar konsumen digital Indonesia mengakses konten digital melalui ponsel pintar atau tablet.
Di Indonesia, konsumen digital terpecah menjadi dua bagian, yakni konsumen dengan kelas sosial yang lebih tinggi, yang karakternya sama dengan negara-negara lain, yakni menggunakan beragam perangkat atau multi platform, bagian ini adalah minoritas.
“Lalu ada konsumen dengan kelas sosial menengah ke bawah yang hanya menggunakan perangkat mobile atau mobile-only dalam mengakses konten digital, inilah yang menjadi mayoritas,” tambahnya.
Karakter konsumen Indonesia yang begitu mobile inilah, menurut Kelsall yang membuka ceruk bisnis yang bisa digarap oleh para marketer, dengan memanfaatkan segala jenis iklan dan promosi melalui saluran mobile.
Bila ceruk bisnis terbuka, dan strategi diterapkan, maka selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah mengukur keefektifan dari penempatan iklan di mobile.
Pengukuran mobile menjadi hal yang penting karena berkaitan dengan biaya dan pengembalian investasi atau return of investment (ROI) dari pengiklan maupun penerbit.
“Kerjasama antara Kantar dan comScore akan membantu mengukur keefektifan mobile agar bisa digunakan untuk mendatangkan lebih banyak keuntungan bagi semua pihak. Keuntungan yang dimiliki oleh Kantar dan comScore akan digabungkan dalam inisiatif pembinaan panel mobile, sehingga solusi dan layanan yang kami berikan akan lebih cepat dan lebih akurat,” katanya.
Kerjasama pertama di Asia Pasifik
Kantar dan comScore bersama-sama dengan penerbit lokal dan internasional memiliki visi untuk memberikan solusi terhadap pengukuran mobile di pasar yang penuh dengan potensi mobile.
Kerjasama kedua perusahaan ini merupakan yang pertama kalinya terjadi di Asia Pasifik. Kerjasama ini juga akan menjadi tolak ukur keduanya untuk melanjutkan kerjasama ini di negara lain selain Indonesia.
“Apa yang ingin kami lakukan adalah memastikan bahwa kami mengelola pasar Indonesia sebaik mungkin, kami harus memulai inisiatif ini pada satu pasar terlebih dahulu.”
“Jika solusi pengukuran end-to-end ini berjalan lancar di Indonesia, maka kami akan mulai memikirkan pasar yang ingin kami masuki selanjutnya,” kata Brown (gambar).
Ia menambahkan di Asia Pasifik sendiri selain Indonesia, negara yang geliat mobile-nya terasa kencang adalah Thailand, apalagi dengan kuatnya iklan video mobile di negara tersebut.
Namun, ia belum memastikan apakah akan memasuki pasar Thailand karena kedua perusahaan telah menetapkan target pasar selanjutnya. “Intinya pengukuran mobile bukan hal yang mudah, bahkan mungkin belum ada yang memiliki solusinya hingga saat ini.”
“Kami memastikan tersedianya solusi tersebut, tentu dengan kerjasama yang baik bersama para penerbit lokal dan internasional,” pungkasnya.
Artikel Terkait:
comScore beefs up APAC team to meet growing demand
SingTel Advertising and Kantar Media in TV audience-measuring move
FreakOut masuk pasar Indonesia
Video leads the way in mobile advertising growth: Report
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di Twitter, LinkedIn or sukai laman kami di Facebook.