Sorry, you need to enable JavaScript to visit this website.

Hadapi era 4G LTE, siapkah ekosistem industri telekomunikasi Tanah Air?

  • Hingga akhir taun 2004 penetrasi smartphone di Indonesia masih sebesar 28%, sementara Singapura mencapai 98 persen
  • Diprediksi lebih dari 50 persen dari total populasi sudah pakai smartphone pada 2018, di dengan  didominasi ponsel 4G
Hadapi era 4G LTE, siapkah ekosistem industri telekomunikasi Tanah Air?

ADOPSI teknologi komunikasi 4G (fourth-generation) yang tengah digenjot pemerintah dan industri telekomunikasi mulai memasuki babak baru. Meski komersialisasi akses 4G-LTE belum merata, namun layanan ini secara bertahap bisa dinikmati masyarakat di seluruh Indonesia.
 
Tak hanya pemangku kebijakan dan operator saja yang memiliki pengaruh dalam ekosistem industry telekomunikasi, penyedia jaringan dan pembesut handset juga memiliki peran yang sama. Operator seluler pun berlomba merebut konsumen dan menyiapkan  infrastruktur yang akan menjawab kebutuhan komunikasi era digital.
 
Sebab para operator selular ini yakin, adopsi 4G akan bisa lebih cepat dibandingkan adopsi 3G diperkenalkan sembilan tahun silam.
 
Seperti halnya yang dilakukan PT Indosat, Tb, sejak dua tahun lalu, Indosat sudah menyiapkan  jaringan operator menghadapi era 4G LTE. Selain kesiapan dari sisi operator, dukungan handset dan jaringan juga memegang peran penting.
 
“Tren pengguna ponsel 2G akan langsung transisi ke 4G, karena harga ponsel 3G dan 4G sudah sama. Saya yakin lebih dari 50 persen dari total populasi sudah pakai smartphone pada 2018, di mana didominasi oleh ponsel 4G," jelas Alexander Rusli, presiden direktur & CEO Indosat dalam diskusi Selular Forum bertajuk Booming Smartphone 4G: Tantangan Bagi Network & User Experience di Jakarta, Sept 10, lalu.
 
Demi membangun ekosistem 4G yang memadai, pria yang akrab disapa Alex ini mengingatkan agar  operator perlu berhati-hati jangan sampai kegagalan saat meluncurkan teknologi 3G kembali terulang.
 
“Jangan sampai nanti investasi jaringan yang nilainya begitu besar menjadi sia-sia, karena ekosistem handset belum tersedia secara masif di Indonesia,” pungkasnya.
 
Dukungan jaringan lebih advance
 
Selain dukungan operator, pihak penyedia jaringan juga memegang peran yang tak kalah penting dalam ekosistem 4G LTE. Karena itulah penyedia jaringan turut berlomba membangun infrastruktur demi menunjang keberhasilan era teknologi seluler generasi ke-empat tersebut. Salah satunya, adalah  Ericsson.
 
Sebagai  perusahaan penyedia jaringan, Ericson telah menghabiskan banyak dana untuk melakukan riset dan pengembangan (R&D). Anggaran yang digelontorkan, perusahaan asal Swedia ini mencapai  US$5 miliar untuk melakukan riset dan pengembangan setiap tahunnya.
 
Rustam Effendie, strategic and business development director Ericsson Indonesia mengaku,  sebagian dana tersebut digunakan untuk melakukan survei sebelum menentukan untuk mengembangkan suatu teknologi.
 
Hal tersebut dilakukan agar teknologi yang dikembangkan bisa diterima dengan mudah oleh pengguna baik dari kalangan korporasi maupun end-user.
 
Saban tahun pula, Ericsson melakukan survei untuk melihat tren consumer dalam memandang mengenai perkembangan mobile operator, khususnya pelanggan data dan penetrasi smartphone.
 
“Dari laporan yang kami peroleh ada 18 persen jaringan 4G yang masih bersinggungan dengan performance di jaringan 3G. Mengingat jaringan tidak berdiri sendiri, melainkan akan berhubungan dengan costumer service dalam costumer experience management,” jelas Rustam.
 
Dalam studi yang dilakukan Ericsson, didapati kenyataan bahwa kapabilitas jaringan di Indonesia masih jauh bila dibandingkan dengan negeri tetangga, Singapura. Hal ini turut memengaruhi penetrasi ponsel pintar di tanah air.
 
Hingga akhir tahun 2014, penetrasi smartphone di Indonesia masih sebesar 28%, sementara Singapura mencapai 98 persen.
 
Tidak dapat dipungkiri jika ekosistem digital yang terus tumbuh semakin besar di Indonesia akan berpengaruh pula pada perekonomian Indonesia. Performa jaringan pastinya akan mendukung, mengingat kini jaringan bukan lagi sekedar panggilan telepon yang bisa tersambung, tetapi kini juga bisa mendukung aplikasi sebagai sebuah bisnis model.
 
“Besar grafik data dalam 6 bulan terakhir meningkat hingga mencapai 100%, sama seperti yang terjadi tahun lalu. Ekosistem 4G akan tumbuh dan kian besar di tahun 2018 dengan performa akses yang lebih cepat,” terang Rustam.
 
Menunggu kebijakan pemerintah terkait modernisasi jaringan

Hadapi era 4G LTE, siapkah ekosistem industri telekomunikasi Tanah Air?

Alex menyebut kualitas jaringan dan alokasi frekuensi yang memadai tidak akan ada artinya jika pembesut perangkat tidak mampu menyediakan handset  yang mendukung. Untuk mengembangkan ekosistem dukungan handset yang memadai juga harus terus dikembangkan.
 
“Buat apa kalau jaringan sudah oke tetapi tidak ada yang pakai? Jangan sampai kejadian saat kami merilis 3G dengan srategi menggenjot video call  kembali terulang. Dukungan produsen handset dalam menyediakan perangkat yang mumpuni juga harus terus digenjot,” pungkas Alex lagi.
 
Kekhawatiran Alex beralasan. Pasalnya, hingga kini ketersediaan perangkat yang mendukung teknologi 4G masih terbatas,  kalau pun ada di pasaran, harganya masih relatif tinggi.
 
Disebutkan pula jika performance handset beda-beda di jaringan operator, Indosat sendiri memanfaatkan frekuensi 900MHz meski ada juga handset yang bisa bekerja dengan frekuensi 1200MHz.
 
“Kalau untuk di Jakarta dengan kondisi banyak gedung tinggi rasanya sulit, karena investasi akan lebih besar jika memakai frekuensi 1200MHz. Untuk itu operator belum bisa berbuat banyak karena masih harus menunggu kebijakan pemerintah terkait modernisasi jaringan 4G LTE secara meluas yang akan rampung di bulan November nanti,” ucapnya.
 
Dengan 68,5 juta pelanggan yang dimiliki Indosat, porsi pelanggan 4G masih kecil. Apalagi kini, Indodat memiliki kebijakan, tidak lagi fokus mengejar pelanggan baru yang tidak loyal dan mudah gonta-ganti nomor, tetapi lebih memanjakan pelanggan lama.
 
Selain itu, agregasi pelanggan baru untuk pindah ke Indosat, dengan tujuan utamanya tetap pelanggan yang sudah ada. Program bundling yang merupakan kerjasama dengan penyedia perangkat untuk segmen menengah diharapkan pula mampu mendngkrak ekosistem 4G LTE.
 
Artikel Terkait:
 
Dorong pertumbuhan pengguna Internet, Indonesia percepat dukungan infrastruktur
 
Will LTE rescue mobile operators?
 
Indosat launches ‘Super 4G-LTE,’ claims it's Indonesia’s fastest
 
Brunei, Indonesia, Malaysia and Singapore to align with 700 MHz plan
 
 
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di TwitterLinkedIn or sukai laman kami di Facebook.

 
Keyword(s) :
 
Author Name :
 
Download Digerati50 2020-2021 PDF

Digerati50 2020-2021

Get and download a digital copy of Digerati50 2020-2021