Segmen menengah ‘pasar seksi’ ponsel Indonesia
By Oleh Ervina Anggraini October 14, 2015
- Semester pertama 2015 penjualan ponsel pintar meningkat 29%
- Penjualan smartphone diprediksi mencapai 70% tahun 2016
MESKIPUN terjadi perlambatan ekonomi di tahun 2015, namun industri ponsel pintar di Indonesia justru mengalami kondisi sebaliknya. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil tersebut, justru penjualan ponsel pintar di Indonesia mengalami peningkatan 29 persen pada semester pertama 2015 bila dibandingkan periode yang sama 2014.
Berdasarkan data IDC, ponsel segmen menengah ke bawah merupakan ‘pasar seksi’ bagi Indonesia. Ponsel dengan harga kurang Rp 5 juta ke bawah merupakan pangsa pasar terbesar untuk sejumlah produsen global.
Tak mengherankan jika segmen menengah ke bawah menjadi fokus utama sejumlah produsen global untuk bersaing di tengah ketatnya bisnis perangkat pintar di Indonesia.
Dalam sebuah diskusi media di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika September lalu, Ketua Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI) Alexander Rusli menyebut hingga akhir tahun 2014 penjualan smartphone sudah 60 persen lebih besar dibandingkan penjualan ponsel fitur.
Menurut Alex, proporsi ponsel pintar dengan harga terjangkau menjadi salah satu pemicu meningkatnya angka adopsi perangkat pintar.
“Tahun depan diprediksi penjualan smartphone akan meningkat mencapai 70 persen, tentu ini akan mendorong adopsi data khususnya di era 4G,” ungkap Alex.
Populasi Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa juga mendorong produsen untuk berbondong-bondong memperkenalkan seri terbaru produk mereka. Sony misalnya, secara tegas menyebut jika segmen menengah merupakan salah satu core bisnis mereka di Indonesia.
Jangan heran, bila sejumlah ponsel pintar terbaru buatan Sony yang dibanderol dengan harga kurang dari Rp5 juta pun diboyong untuk pasar Indonesia. Dua seri terbaru yakni Xperia C5 Ultra Dual dan Xperia M5 Dual melanjutkan suksesor seri C dan M yang menyasar segmen anak muda dan kalangan ekonomi menengah.
Marketing manager Sony mobile Indonesia, Ika Paramitha memiliki alasan tersendiri mengapa segmen menengah menjadi salah satu fokus utama perusahaan.
“Kami memang fokus untuk segmen menengah, terutama untuk seri C dan M yang merupakan backbone bisnis kami di Indonesia,” ucap Ika saat ditemui beberapa saat lalu di Jakarta.
Menurut Ika (gambar), masyarakat kelas menengah memiliki ketertarikan tinggi akan hal baru tetapi dengan dana yang relatif tidak besar. Segmen konsumen anak muda yang baru memulai karir professional merupakan target utama untuk perusahaan asal Jepang ini.
Ika memastikan meski kedua handset barunya menyasar segmen pasar yang hampir sama, namun keduanya tidak akan rebutan pasar karena segmen pengguna seri C lebih menyasar penyuka selfie sementara seri M ditujukan untuk mereka yang menginginkan spesifikasi tinggi dengan budget yang lebih terjangkau.
Sony bukan satu-satunya perusahaan yang fokus menggarap segmen menengah di Indonesia. Meizu dan Lenovo, dua produsen asal Tiongkok juga menjadikan segmen menengah bawah sebagai fokus utama bisnis mereka.
Sebagai pemain baru di bisnis ponsel pintar Indonesia, Meizu memasang target yang sepintas membuntuti langkah rival senegaranya, Xiaomi. Meizu memilih untuk ‘main aman’ dengan menggandeng salah satu ecommerce lokal dalam memasarkan perangkat baru yang menyasar segmen menengah bawah, Meizu M2.
Country manager Meizu Indonesia May Wen mengatakan hal itu dilakukan karena hingga kini Meizu belum mendirikan kantor perwakilan resmi di tanah air.
“Saat ini memang Meizu masih memanfaatkan channel online, karena pasar kami belum terlalu besar. Rencananya pertengahan atau akhir Oktober baru memanfaatkan pemasaran melalui jalur offline,” ungkap May.
May mengakui jika pangsa pasar di Indonesia sangat besar. Terlebih dengan segmen pasar Meizu yang menyasar kelas menengah bawah. Nantinya jika sudah memiliki jumlah pengguna yang dianggap memadai, perusahaan berencana akan membuka 17 kantor yang terdiri dari layanan service center dan toko offline di Indonesia.
Berbeda dengan Meizu, Lenovo sudah lebih dahulu fokus dengan pasar ponsel pintar di Indonesia. Country lead smartphone division Lenovo Indonesia, Adrie R Suhadi menyebut hasil dari studi internal mengungkapkan jika saat ini perilaku konsumen dalam mengganti perangkat pintar telah mengalami perubahan yakni hanya dalam hitungan bulan saja.
“Dahulu siklus 2 tahunan di mana konsumen baru akan mengganti gadget, kalau sekarang hanya dalam hitungan bulan orang sudah ganti ponsel baru karena perubahan teknologi yang sangat cepat,” ucap Adrie kepada Digital News Asia 15 September lalu di Jakarta.
Ada banyak faktor yang disebut Adrie dapat mendorong konsumen untuk membeli ponsel baru. Peningkatan spesifikasi hingga sistem operasi terbaru dengan harga yang kompetitif menjadi pertimbangan utama, terlebih untuk konsumen di segmen menengah dan entry level.
“Riset yang dilakukan perusahaan menunjukkan saat ini satu orang punya lebih dari satu nomor, kecenderungan konsumen juga mulai mencari perangkat dengan multi simcard tapi orang cenderung pakai perangkat dengan satu SIM dan ada lebih dari satu device,” ungkapnya.
Diversifikasi konten hingga kerjasama e-commerce
Untuk bertahan di tengah kompetisi, ketiga produsen global di atas menerapkan beragam strategi demi memenangkan hati konsumen. Sony misalnya, memilih untuk mengintegrasikan empat layanan milik induk perusahaan yang disertakan ke dalam semua ponsel Xperia.
“Sony kan asal muasalnya perusahaan hiburan, kemudian merambah ke industri musik, elektronik, dan perangkat mobile. Melalui Xperia kami mendorong semua layanan itu bisa disematkan hanya dalam satu platform Xperia saja,” kata Ika.
Ika pun menyebut strategi menyatukan empat sister company dalam satu platform memungkinkan musisi di bawah label Sony music dan film layar lebar besutan Sony Entertainment dipromosikan secara bersamaan. Hal tersebut terbukti turut membantu mendongkrak angka penjualan ponsel Xperia.
“Sebelumnya saat rilis film James Bond Skyfall, di saat yang bersamaan juga kami merilis Xperia T dan itu terbukti mendongkrak angka penjualan. Tahun ini rencananya kami juga akan membundle ponsel Xperia bersamaan dengan pemutaran film James Bond Spectre,” ungkap Ika lagi.
Selain melengkapi portofolio konten, Ika menyebut pemasaran ponsel Xperia tidak eksklusif hanya dengan satu mitra saja. Sejumlah channel penjualan secara daring dan offline di seluruh Indonesia turut dirangkul untuk menjual berbagai varian ponsel Xperia.
Sementara Adrie (gambar) menyebut penjualan ponsel terbaru Lenovo A7000 special edition mengandalkan pemasaran secara daring.
Kesuksesan penjualan Lenovo A7000 yang terjual sebanyak 8.000 unit dalam sesi penjualan terbatas diharapkan terulang lagi untuk seri A7000 Special Edition yang di India dipasarkan dengan nama K3 Note.
Strategi pemasaran online to offline terbilang sukses, dalam sesi pemasaran daring Lenovo A7000, total terjual hingga 80 ribu unit. Adrie memastikan akan kembali menggandeng e-commerce untuk memasarkan perangkat terbarunya. Data yang dirilis IDC menunjukkan sepanjang tahun 2015, Lenovo mendapatkan perhatian lebih baik setelah memasarkan perangkatnya secara daring.
Mengenai strategi menghadapi kompetitor di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil, Adrie memastikan harga ponsel yang dipasarkan sudah melalui proses penyesuaian pasar.
“Kalau ponsel yang sudah ada di pasaran kami memastikan tidak ada kenaikan harga, kalau pun ada kenaikannya hanya 5 sampai 10 persen. Tapi kalau ponsel yang baru otomatis harganya disesuaikan,” ucapnya.
Ketika disinggung mengenai kemungkinan mengusung dual brand pasca rampungnya proses akuisisi Motorola, Adrie menyebut saat ini belum ada rencana lebih lanjut. Ia juga memastikan pihak Lenovo pusat masih melakukan review mengenai kemungkinan tersebut.
“Kami pastikan brand Lenovo dan Motorola tidak akan saling kanibal, karena saat ini pihak Lenovo global sedang mereview karakter kedua brand. Tapi untuk Asia Pasifik memang brand Lenovo sangat kuat, jadi mungkin strategi menempatkan Lenovo untuk segmen mid-end dan entry level, sementara Motorola lebih menyasar segmen premium,” ungkap Adrie.
Artikel Terkait:
Sony Mobile to focus on premium range, rationalise portfolio
SEA smartphone sales exceed US$16.4bil in past 12mths: GfK
Smartphone shipments up 25% in Q3 2014, Apple-Samsung at risk
Global smartphone subs to reach 5.6bil by 2019: Ericsson
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di Twitter, LinkedIn or sukai laman kami di Facebook.