Pasca ‘geber’ 4G, pemerintah bakal dorong pertumbuhan OTT local

  • Sebelum akhir tahun pemerintah akan mendorong pertumbuhan 5 OTT lokal
  • OTT dianggap menguras kapasitas jaringan operator tanpa membayar pajak
Pasca ‘geber’ 4G, pemerintah bakal dorong pertumbuhan OTT local

 
RAMPUNGNYA penataan ulang frekuensi 1800MHz yang diperuntukkan untuk jaringan 4G LTE diharapkan bisa memberikan perubahan signifikan untuk industri telematika.
 
Apalagi, teknologi generasi keempat ini mampu menawarkan kecepatan lebih tinggi dengan latensi rendah dan kapasitas tinggi, sehingga cocok untuk aplikasi yang butuh transfer data besar.
 
Dalam industri telekomunikasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengatur penggunaan pita lebar (broadband) yang terdiri dari fixed dan mobile. Untuk fixed broadband, data Kominfo mencatat saat ini sudah lebih dari 600 rumah yang terkoneksi dengan Internet.
 
Sementara untuk mobile broadband mengalami perubahan teknologi yang paling cepat, sehingga membutuhkan jaringan yang memadai. Lantas untuk apa sebenarnya akses Internet cepat?
 
Menteri komunikasi dan informatika Rudiantara memastikan kehadiran akses Internet cepat berteknologi 4G LTE berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan konten lokal. Dengan begitu, perusahaan Over the Top (OTT) seperti Google, Facebook, Twitter dan Path nantinya bukan hanya diisi oleh pemain asing saja.
 
Mengingat selama ini operator dianggap sebagai pihak yang dirugikan, karena OTT menguras kapasitas jaringan tanpa membayar pajak dan tidak memberikan keuntungan.
 
Pasca ‘geber’ 4G, pemerintah bakal dorong pertumbuhan OTT localDiakui oleh Rudi (gambar), hal tersebut merupakan boomerang bagi operator. Selain OTT kenamaan asing, sebenarnya sudah banyak konten lokal yang tak kalah bagus.
 
Hanya saja masih ada kekurangan di berbagai hal, seperti salah satunya dukungan untuk menggunakan konten tersebut.
 
“Sebenarnya pemerintah bisa saja membuat regulasi yang mengatur gerak OTT asing, misalnya dengan mengharuskan mereka membayar. Tapi bagaimanapun kita tetap harus realistis dengan industri ini,” kata Rudiantara saat ditemui Digital News Asia (DNA) di Jakarta, 16 November 2015.
 
Chief RA – begitu ia biasa disapa – menyebut, dalam waktu dekat akan mendorong adopsi OTT lokal sebagai upaya membangun ekosistem 4G di Indonesia.
 
Senada dengan Menkominfo, Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Indonesia (ATSI) Alexander Rusli juga mengakui, jika dalam waktu dekat pemerintah akan mendorong pertumbuhan OTT lokal.
 
Nantinya, kata pria yang juga menjadi CEO Indosat ini, ada lima hingga tujuh OTT lokal yang pertumbuhannya akan didukung oleh pemerintah.
 
“Kemungkinan ada lima hingga tujuh OTT lokal, tapi mengenai apa saja kontennya memang belum dirinci semua, karena rencananya akan dirilis secara resmi bulan Desember. OTT lokal ini merupakan hasil dukungan pemerintah dan operator,” ungkap Alex kepada DNA, pekan lalu di Jakarta.
 
Menanti momen OTT dan operator bergandengan tangan
 
Pasca ‘geber’ 4G, pemerintah bakal dorong pertumbuhan OTT localDiakui Alex (gambar), jika isu bagi keuntungan antara OTT asing dan operator merupakan salah satu agenda saat kunjungan ke Silicon Valley akhir bulan lalu.
 
Sayangnya ketika disinggung hal tersebut, pria berkacamata ini enggan berkomentar lebih rinci.
 
“Mengenai hal tersebut masih tunggu arahan dari pemerintah, yang terpenting saat ini dari sisi operator kami mendukung pemerintah dalam mendorong pertumbuhan OTT lokal,” ucap Alex.
 
Niat pemerintah untuk membesarkan OTT lokal seakan menjadi titik cerah bagi pembesut konten seperti Catfiz messenger.
 
Founder dan CEO PT Duniacatfiz Kreatif Media (Catfiz messenger) Mochammad Arfan berharap keputusan tersebut bisa turut membesarkan pemain OTT lokal, mengingat selama ini pembesut konten seakan dibiarkan ‘bermain sendiri’.
 
“Sebenarnya upaya menggandeng operator telko dan pemain OTT bisa diwujudkan, di luar negeri saja sudah ada yang seperti itu. Yang terpenting bagaimana skema bisnis untuk menggandeng keduanya itu butuh realisasi,” jelas Arfan.
 
Sebelumnya, Arfan menyebut, sudah ada lebih dari enam OTT dan tiga operator yang sempat diundang untuk membicarakan kemungkinan mempromosikan layanan dan konten. Hanya saja, saat proses eksekusi pemain OTT seakan dibiarkan untuk berjuang sendiri.
 
“Jangan sampai nanti upaya mendorong OTT lokal tapi operator malah membuka akses gratis untuk pemain asing. Hal ini yang terjadi beberapa tahun terakhir misalnya saat operator menggratiskan akses BlackBerry Messenger sehingga banyak perusahaan yang mengharuskan pakai BBM untuk komunikasi, semoga hal ini tidak terjadi lagi,” pungkasnya.
 
Jika hal tersebut terulang, bukan tidak mungkin pemain OTT lokal akan mati secara perlahan karena hanya mampu bertahan maksimal 3 tahun. Untuk itu dibutuhkan dukungan dari pemerintah dan promo operator agar kesempatan OTT lokal ‘unjuk gigi’ di negara sendiri.
 
Upaya sinergis untuk memasarkan OTT local
 
Agar bisa bersaing dengan layanan OTT asing, wakil direktur utama PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) Muhammad Buldyansyah memastikan, seiring dengan meningkatnya penetrasi pengguna 4G dapat dipastikan OTT lokal juga akan tumbuh besar.
 
Mengingat kendala yang selama ini ditemui sudah mulai dicarikan titik tengahnya dari berbagai pihak terkait.
 
Tri mencatat penetrasi teknologi 3G di Indonesia sejak 2005 hingga 2015 sekitar 30%-40%. Untuk mencapai penetrasi yang sama diprediksi teknologi 4G memerlukan waktu yang lebih singkat, mengingat ekosistem perangkat, jaringan dan aplikasi terus digaungkan oleh semua pihak terkait.
 
“Saat ini sudah ada sinergi utuh dari pemerintah, dukungan operator dan pemain OTT lokal untuk membentuk ekosistem ke depannya,” kata pria yang kerap disapa Dani ini.
 
Bukan hanya Dani, CEO dan presiden direktur XL Axiata Dian Siswarini memastikan pemain OTT lokal juga sigap dalam sinergis ini. Kesuksesan OTT asing di Indonesia bisa dijadikan contoh agar mereka juga bisa tumbuh dan besar khususnya di tengah penggunanya sendiri.
 
“Salah satu kuncinya bagi OTT lokal sebenarnya bagaimana mereka memasarkan layanan atau konten mereka. Mengingat pemain asing yang sudah besar benar-benar memerhatikan aspek tersebut,” aku Dian.
 
Berbagai kemungkinan untuk mendukung iklim bisnis yang potensial disebut Dian, bisa dijajaki oleh pemain OTT lokal. Yang terpenting OTT lokal tidak merugikan operator dan pemerintah, seperti yang selama ini dilakukan oleh OTT asing.
 
Artikel Terkait:
 
Logistik dan pembayaran, pendukung e-commerce yang kerap terlupakan
 
Menuju industri e-commerce Indonesia
 
Portal ecommerce khusus UKM diluncurkan
 
Ritel offline di Indonesia akan kalah pamor dengan portal belanja daring
 
 
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di 
TwitterLinkedIn or sukai laman kami di Facebook.
 

 
Keyword(s) :
 
Author Name :
 
Download Digerati50 2020-2021 PDF

Digerati50 2020-2021

Get and download a digital copy of Digerati50 2020-2021