Qlapa.com wadahi pengrajin lokal untuk ‘go global’
By Ervina Anggraini November 30, 2015
- Kemunculan situs belanja daring dapat memperbesar penjualan pengrajin lokal
- Pembeli di Indonesia harus mendapatkan edukasi mengenai produk berkualitas
PELUANG industri kreatif untuk berkembang di tengah kemajuan teknologi kian terbuka lebar. Apalagi, berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, produk kerajinan tangan asal Indonesia di tahun 2013 menghasilkan Rp21 triliun nilai ekspor dan Rp145 triliun dari konsumsi rumah tangga.
Tak heran, apabila tren belanja daring diprediksi mampu mendongkrak angka penjualan produk kerajinan tangan lokal.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menyebut, kemunculan situs belanja daring menciptakan 12 juta lapangan pekerjaan baru dan berkontribusi sekitar tiga persen dari total nilai tambah ekonomi kreatif.
“Dari semua subsektor industri kreatif, tiga besar penyumbang terbesar yakni, dari sektor kuliner, busana, dan kerajinan,” ucap Triawan saat ditemui DNA di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Meski kemunculan situs belanja daring dapat memperbesar penjualan pengrajin lokal, namun sayangnya masih banyak yang memiliki keterbatasan akses terhadap perkembangan tersebut.
Salah satu kendala yang kerap dikeluhkan yakni kesulitan untuk mengelola bisnis secara online.
Kendala inilah yang coba dijembatani oleh Qlapa.com, situs jual beli khusus untuk produk kerajinan tangan lokal.
Berbeda dengan marketplace lain, Qlapa memungkinkan pembeli untuk membeli produk kerajinan tangan langsung dari pembuatnya. Hal tersebut memungkinkan pembeli melakukan pemesanan awal dan mengostumisasi barang yang ingin dipesan.
Menariknya semua produk yang ditawarkan oleh pengrajin lokal tidak akan sama dengan produk lain yang diproduksi secara massal. Mengingat semua barang yang dibuat memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri.
“Di Qlapa, kami membantu para penjual untuk menceritakan keunikan produk mereka kepada calon pembeli. Karena setiap produk sebenarnya punya keunikan sendiri dan kepedulian ini yang harus mulai dibangun oleh konsumen,” kata CEO dan cofounder PT Qlapa Kreasi Bangsa (Qlapa.com) Benny Fajarai melalui sambungan telepon.
Dengan cara demikian, kata Benny, dapat mempermudah pengrajin mempromosikan produk mereka sehingga pembeli dapat mencari barang yang dicari tanpa harus mengalami kesulitan.
Perlu edukasi dan kurasi produk
Meski bertujuan untuk memudahkan pengrajin lokal, namun Benny memastikan semua produk yang masuk memiliki kualitas yang layak untuk bersaing besutan produsen massal.
Untuk itu penjual yang ingin bergabung dengan Qlapa harus melalui proses seleksi dan kurasi produk-produk yang akan dipasarkan.
Proses dan lamanya waktu kurasi antara satu produk dapat menentukan sejauh mana kualitas barang tersebut.
Sampai saat ini ada tujuh kategori produk yang tersedia di Qlapa, yakni aksesoris dan perhiasan, alas kaki, alat bawa, alat dan perabot, furniture, hiasan dan dekorasi, hingga komputer dan gadget.
“Lamanya proses kurasi tergantung pada kualitas barang itu sendiri, bisa satu hingga tujuh hari. Yang lama sebenarnya pada proses unggah produk, karena di situ kami melakukan kurasi lagi untuk melihat kesesuaian produk dengan spesifikasi yang dimasukkan,” ucapnya.
Selain melakukan kurasi produk, pembeli di Indonesia harus mendapatkan edukasi mengenai produk berkualitas. Meski dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi, namun hal itu sebanding dengan kualitas barang yang bahkan lebih baik dibandingkan produksi massal.
Upaya pemerintah dalam mengkampanyekan produksi lokal diharapkan juga mampu mendorong kesadaran masyarakat dalam menggunakan produk handmade.
“Konsumen Indonesia harusnya diedukasi agar mengerti keunikan kualitas dan ketahanan produk lokal. Mengingat semakin produk impor makin mahal, di situlah kesempatan baik untuk mendorong produk lokal yang memiliki keunikan bahkan harga yang terjangkau,” ungkap Benny (gambar).
Untuk menjamin keamanan saat bertransaksi, Qlapa telah mengusung sistem pembayaran yang diotomisasi dan menggunakan rekening bersama. Sistem pembayaran juga telah dilengkapi dengan perhitungan ongkos kirim dan konfirmasi pembayaran.
Untuk setiap transaksi yang dilakukan, Qlapa mendapatkan komisi sebesar 10%.
Sejauh ini, Benny menyebut penjualan masih merata dari semua kategori. Dalam enam bulan kedepan diharapkan mulai terlihat kategori apa saja yang paling digemari konsumen.
Bidik pasar internasional
Meski baru beroperasi dalam dua minggu, Qlapa menargetkan bisa menjangkau pasar asing dalam waktu satu hingga dua tahun ke depan. Setidaknya ada tiga tingkatan utama penjual yang diharapkan bisa menawarkan produk buatan mereka.
“Sudah ada ratusan pengrajin yang bergabung, mayoritas masih dari Pulau Jawa meski ada juga dari Kalimantan dan Sulawesi. Sampai sekarang kami masih fokus untuk menjual produk lokal untuk konsumen dalam negeri,” pungkasnya.
Benny yang sebelumnya juga mendirikan startup Kreavi mengaku belum bisa menargetkan berapa pengrajin yang akan bergabung hingga setahun mendatang. Qlapa masih akan berfokus dan menguatkan pada penyediaan produk kerajinan tangan, termasuk produk busana.
Ada tiga tingkatan penjual yang berupaya didekati oleh Qlapa, pertama generasi yang paling mudah didekati yakni anak-anak muda yang sudah ‘melek’ teknologi dan mengenal sosial media.
Lapis kedua pengrajin yang mulai mengenal teknologi, meski transaksi penjualan masih dominan di jalur offline termasuk kalangan ibu-ibu yang baru mengenal teknologi.
Sementara lapis ketiga merupakan pengrajin dari kalangan UKM yang berada di daerah pedalaman yang ingin didorong untuk mengenal teknologi. Benny memastikan akan mendekati pengrajin yang sudah mengenal teknologi sehingga adopsi dapat lebih mudah.
Jelang tahun 2016, Benny menyebut fokus perusahaan akan berupaya menciptakan kesimbangan antara varian produk yang dijual dan permintaan pembeli. Mengingat hingga saat ini sudah ada ratusan pengrajin yang bergabung dan ribuan produk yang telah didaftarkan.
Bukan hanya tersedia dalam versi web, Benny memastikan Qlapa juga akan tersedia dalam versi aplikasi mobile dalam waktu dekat. Ia menyebut timnya harus belajar banyak dari pengalaman saat ini sebelum mulai merilis aplikasi.
Artikel Terkait:
Kebunbibit.id, e-commerce khusus tanaman
Solusi smart living ala Modegi
iTrain Asia dan Nettium siap kucurkan pendanaan untuk startup Indonesia
Dapat suntikan dana dari Lippo Digital Ventures, Telunjuk.com akan ‘Go Internasional’
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di Twitter, LinkedIn or sukai laman kami di Facebook.