Bayar belanjaan ala Kesles

  • Tingkat kepedulian masyarakat terhadap uang elektronik sekitar 23,8%
  • Cukup memindai barcode dan masukkan PIN untuk proses pembayaran
Bayar belanjaan ala Kesles

UPAYA pemerintah menggenjot transaksi non tunai kian intens seiring dengan semakin berkembangnya ekosistem bisnis digital. Salah satu perkembangannya tercermin dari semakin meningkatnya kontribusi pembayaran melalui uang elektronik (e-money) yang terus melonjak.
 
Menurut data Bank Indonesia, pada tahun 2013 lalu total transaksi melalui e-money di Indonesia mencapai angka Rp2 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar 29 persen di tahun 2014. Di tahun 2015 Bank Indonesia terus berupaya mendorong penggunaan transaksi uang elektronik  untuk mencapai target peningkatan sebesar 2,4 persen dalam perhitungan Gross Domestic Product.
 
Dibandingkan negara tetangga seperti Hong Kong dan Singapura, adopsi uang elektronik di Indonesia terhitung terlambat. Transaksi uang elektronik di Indonesia baru diperkenalkan pada 2007, sementara di Hong Kong dimulai sejak 1997 dan Singapura pada 2000. Rendahnya kepedulian masyarakat terhadap produk uang elektronik menginisiasi sejumlah perbankan dan operator telekomunikasi memperkenalkan layanan pembayaran non tunai.
 
Berdasarkan hasil survei MARS Indonesia pada 2013, tingkat kepedulian masyarakat terhadap layanan uang elektronik di 5 kota besar, yakni Jakarta, Semarang, Bandung, Medan, dan Surabaya relatif rendah, sekitar 23,8 persen. Semarang menjadi kota dengan kesadaran tertinggi yakni 37 persen, disusul Jakarta (28,6%), Medan (23,8%), Bandung (20%) dan Surabaya (10,6%).
 
Menyadari besarnya peluang transaksi melalui uang elektronik, sejumlah perbankan dan operator telekomunikasi pun mendorong masyarakat untuk menggunakan layanan ini. Tak terkecuali perusahaan rintisan (startup) PT Maximillian Kesles Indonesia yang mengembangkan solusi pembayaran menggunakan uang elektronik.
 
Solusi pembayaran menggunakan uang elektronik yang dikembangkan Kesles berbasis server. Ini berbeda dengan layanan serupa milik lembaga perbankan dan operator telekomunikasi yang berbasis chipset.  Hal ini memungkinkan masyarakat untuk melakukan pembayaran tanpa perlu terdaftar sebagai nasabah suatu bank atau menjadi pelanggan operator tertentu.
 
Menurut Project Manager PT Maximillian Kesles Indonesia Michael Harefa, Kesles yang merupakan pengucapan dari bahasa Inggris Cashless berbeda dengan layanan uang elektronik besutan bank atau operator karena lebih banyak menawarkan promo dari merchant. Kesles ditujukan untuk anggota Maximillian yang mendaftar tanpa diharuskan memiliki rekening satu bank atau memiliki kartu kredit dan juga tidak harus menjadi pelanggan operator tertentu.
 
“Kami bekerjasama dengan Qatar National Bank karena sebagai bank baru di Indonesia mereka belum memiliki layanan e-money. Secara tidak langsung pengguna yang mendaftar akan memiliki virtual account di bawah nama Kesles, tapi semua deposit tersimpan di QNB,” kata Michael kepada Digital News Asia (DNA) di Jakarta, 27 Oktober 2015.
 
Untuk itulah Michael menyebut, saldo yang tersimpan hanya bisa digunakan untuk berbelanja, tidak bisa dipakai untuk tarik tunai. Terlebih tidak ada batas maksimal saldo yang tersimpan di rekening virtual pengguna dan juga tidak ada jumlah maksimal penggunaan transaksi di tiap merchant. Meski begitu ia menjamin keamanan data pengguna.
 
“Dari sisi keamanan kami sudah melakukan pengetesan sama hacker, misalnya saat ponsel hilang maka sistem akan otomatis memblokir. Jadi kalau sudah tiga kali salah memasukkan nomor PIN (Personal Identification  Number) maka secara otomatis terblokir dan pengguna dapat notifikasi melalui SMS untuk mereset PIN dengan mekanisme pertanyaan yang harus dijawab,” ucapnya.
 
Monetisasi bisnis

Bayar belanjaan ala Kesles

Skema transaksi yang ditawarkan Kesles dipastikan tidak akan mengubah kebiasaan masyarakat dalam melakukan pembayaran. Pengguna hanya perlu memindai barcode untuk melakukan proses pembayaran di 30 merchant yang saat ini sudah tersebar di sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta.
 
Hingga akhir Oktober, dipastikan akan ada 50 merchant mulai dari tempat makan, service sepatu, rekreasi hingga fashion yang menerima pembayaran menggunakan uang elektronik Kesles. Michael (gambar di atas) mengaku terbuka untuk kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan pemerintah dan perusahaan e-commerce.
 
“Untuk skema bisnis saat ini kami memberikan gratis baik untuk merchant maupun pengguna. Tapi per November nanti akan diberlakukan share sebesar 1,5 persen dengan merchant dari setiap transaksi pembayaran,” katanya.
 
Sejak dirilis awal Oktober, Michael mengklaim sudah mengantongi 5.000 pengunduh dengan pengguna aktif sebanyak 2.500. Hingga akhir tahun ditargetkan pengunduh Kesles bisa mencapai 100 ribu.
 
Saat ini aplikasi Kesles sudah tersedia untuk pengguna Android dan akan dirilis dalam beberapa hari ke depan untuk platform iOS.
 
Trik bersaing dengan pemain besar
 
Sadar dengan persaingan menghadapi pemain besar terutama dari kalangan perbankan dan operator telko, Michael memastikan Kesles akan menawarkan promo beli 1 gratis satu untuk mendongkrak jumlah pengguna setiap bulannya.
 
“Salah satu tantangan utama memang meyakinkan pengguna dan kami memiliki strategi berbeda dengan yang lain, misalnya dengan promo ditraktir Kesles setiap hari di merchant-merchant tertentu,” ucapnya.
 
Setelah Jakarta, hingga akhir tahun roadmap bisnis Kasles ditargetkan bisa merambah Pulau Bali. Menyusul kota Bandung dan Surabaya di tahun 2016.
 
“Dengan tim yang berjumlah 15 orang saat ini, kami masih fokus menggarap anak muda di Jakarta. Setelah kami rasa sudah cukup  mature rencananya kami akan tersedia di Bali, menyusul Bandung dan Surabaya yang sudah masuk di roadmap bisnis Kasles,” ungkapnya.
 
Untuk mencapai target tersebut, Michael menargetkan bisa mulai membuka pendanaan Serie-A baik dari kalangan investor baik lokal maupun asing di pertengahan tahun 2016. Sebagai awalan, saat ini Kesles didanai oleh investor lokal. Nilainya, Michael enggan mengungkapkan.
 
Ekspansi yang akan dilakukan hingga pertengahan tahun 2016 ditargetkan bisa mengantongi 400 ribu pengguna aktif. Untuk mencapai hal tersebut, Kasles dipastikan akan meigintegrasikan dengan surel sebagai pendukung konfirmasi pendaftaran dan fitur Tarik tunai.
 
“Karena QR code jadi satu-satunya alat pembayaran dengan dua langkah mudah yakni scan dan masukkan PIN kami masih mempertimbangkan penambahan fitur lain, termasuk tarik tunai yang sebenarnya sudah ada masukan dari QNB,” ujarnya.
 
Artikel Terkait:
 
Telkomsel luncurkan kembali TCash berbasis NFC                     
 
Masuki bisnis e-commerce, Telkomsel tawarkan e-Kado
 
Dihadang fintech kreativitas inovasi industri perbankan diuji
 
Contactless payments: Ecosystem cooperation key to success

 
 
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di 
TwitterLinkedIn or sukai laman kami di Facebook.

 
Keyword(s) :
 
Author Name :
 
Download Digerati50 2020-2021 PDF

Digerati50 2020-2021

Get and download a digital copy of Digerati50 2020-2021