Kebunbibit.id, e-commerce khusus tanaman
By Oleh Ervina Anggraini October 28, 2015
- Bermodal awal Rp 500 ribu, kini beromzet mencapai Rp 5,4 miliar
- Penetrasi usaha tanaman online masih 1 persen
KEMUDAHAN dan tingkat keamanan yang kian terjamin dalam bertransaksi belanja daring meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk membeli berbagai kebutuhan. Bukan hanya produk elektronik terbaru, pemesanan tiket penerbangan atau kebutuhan penunjang penampilan saja, kini pecinta tanaman pun bisa dengan mudah mencari bibit secara daring.
Adalah PT Kebunbibit Penuh Bunga, yang menawarkan berbagai varian tanaman mulai dari tanaman hias, tanaman buah, bunga potong hingga tanaman herbal yang dijual secara e-comerce.
Dipilihnya nama Kebunbibit, menurut Steve Stanley Budi Mulyono, founder sekaligus CEO Kebunbibit menyebut karena 80 persen produk yang dijual berupa bibit dan tanaman kecil seperti aneka bunga, kaktus, dan tanaman lainnya.
Kebunbibit yang didirikan sejak 13 Agustus 2012 merupakan wujud kecintaan Steve sejak kecil pada tanaman.
Sebelum menjatuhkan pilihan pada usaha tanaman, pria yang sempat dropout dari Universitas Surabaya ini mengaku, sudah menjalani berbagai profesi mulai dari sales keliling hingga menjajal berbagai bisnis yang berujung kegagalan.
“Usaha pertama nugget, lalu bangkrut. Saya coba lagi bisnis lain yakni kerajinan tangan tapi gagal lagi, kemudian toko hewan karena saya penyuka reptil tapi kembali berujung bangkrut,” aku Steve saat dihubungi Digital News Asia melalui telepon, pada 16 Oktober 2015.
Serangkaian eksperimen bisnis yang dilakukan akhirnya membawa pria asal Bojonegoro ini menjatuhkan pilihan pada bisnis tanaman. Belajar dari kegagalan bisnis sebelumnya, Steve pun mulai meracik formula bisnis yang tepat. Dan, memberikan service excellent adalah kuncinya,
“Bagi kami brand marketing itu paling penting, terlebih bisnis kami online jadi kami menyediakan live chat 16 jam/ hari untuk pemula yang ingin belajar berkebun. Ini juga salah satu cara memberikan kepuasan pada pembeli,” ungkapnya.
Bukan hanya itu, menurutnya, bisnis tanaman merupakan peluang usaha yang menggiurkan tapi di sisi lain memusingkan. Mengingat variasi tanaman yang beragam dengan tingkat kerumitan yang berbeda pula, misalnya ada tanaman yang harus dipangkas saat order masuk, tetapi ada juga yang membutuhkan proses panjang.
Untuk mengatasi lonjakan pesanan, Steve pun menggunakan sistem pemrosesan pesanan melalui komputasi awan sejak tahun 2013. Semua pesanan yang masuk tidak lagi diproses manual, tetapi sudah terintegrasi dan otomatis terhubung antar satu divisi dengan lainnya.
“Kalau dulu terima 200 order dalam sehari sudah kewalahan tapi sejak pakai cloud semua jadi mudah dan cepat, penyiapan barang juga bisa realtime dan lebih efektif,” ungkapnya.
Bukan hanya mengadopsi sistem cloud, untuk menjamin pesanan berkualitas baik, ia pun memerhatikan kualitas pengemasan tiap jenis tanaman. Pria berambut gimbal ini memastikan pengemasan tiap jenis tanaman menarik dan tahan banting untuk pengiriman jarak jauh.
Setiap kemasan dilengkapi dengan barcode dan panduan tata cara perawatan sehari-hari. Meski begitu untuk setiap tanaman yang diterima pemesan dalam kondisi rusak atau mati, Steve berani memberikan garansi dua minggu.
Kian besar berkat media social
Sebelum menemukan formula yang pas, Steve mengaku menggunakan banyak cara untuk mempromosikan usahanya. Media sosial Facebook dan BlackBerry Messenger menjadi dua layanan utama yang kerap digunakan untuk mempromosikan usaha yang dirintisnya tiga tahun lalu.
Strategi yang ditempuh itu sejalan dengan studi yang dilakukan oleh TNS dan Facebook baru-baru ini. Dengan melibatkan 1.000 orang Indonesia didapati jika lebih dari 40 persen pengguna Facebook menjadikan media sosial sebagai referensi belanja online.
Hal inilah yang menjadi celah bagus untuk memulai strategi usaha dan terbukti turut mendongkrak usaha yang dirintis dengan modal awal Rp 500 ribu. Bukan hanya mengandalkan media sosial, sejumlah media konvensional seperti iklan, SMS, FHB Kaskus hingga ikut dalam pameran tanaman pun dipilih kala itu.
Namun dengan sistem yang telah dipakai, ia mengaku mulai meninggalkan Facebook untuk menerima order. Sosial media yang sudah turut membesarkan usahanya itu kini masih digunakan sebatas branding dan promo tanaman.
“Saat ini Facebook cuma dipakai buat branding dan promo aja, kalau mau order bisa langsung cek situs Kebunbibit.di atau dengan memesannya melalui e-commerce lain yang telah bekerjasama dengan kami,” ucapnya.
Dengan kemajuan teknologi pembeli bisa memesan langsung di situs Kebunbibit.id atau melalui sembilan e-commerce yang telah bekerjasama, yakni Blanja.com, Blibli, Bukalapak, Elevenia, Lazada, Mataharimall.com, Qoo10, Rakuten, dan Tokopedia. Untuk memperluas jaringan penjualan, ia mengaku tidak menutup kemungkinan bekerjasama dengan e-commerce lain.
Lalu apa yang membedakan produk yang sama dengan yang dijual langsung di Kebunbibit dan di mitra e-commerce?
“Harga jual di situs Kebun bibit terpaut lebih murah 10 persen, terkadang ada juga program promo bagi-bagi tanaman gratis,” jawab Steve (gambar).
Dari 2.700 jenis tanaman, bunga menjadi primadona diantara varian tanaman lainnya, disusul tanaman buah dan obat yang paling banyak dipesan. Secara garis besar, ia melihat pada momen atau bulan tertentu satu jenis tanaman jadi yang paling banyak dipesan, misalnya saat mendekati momen Valentine maka bunga mawar yang paling laris.
Kebun yang berada di tiga lokasi yakni Bojonegoro, Lembang, dan Batu bisa memenuhi 200 pesanan dalam sehari. Dengan menyasar target anak muda urban yang baru memulai karir tepatnya berusia 18 hingga 24 tahun, Kebunbibit sudah memenuhi 20 persen pesanan dari Jakarta, 16 persen dari Medan, selebihnya dari Surabaya dan pulau lainnya di Indonesia.
Jelang akhir tahun pria berusia 35 tahun ini berencana untuk lebih merilis aplikasi bagi pengguna Android. Selain bisa memesan berbagai tanaman, aplikasi Kebunbibit.id dibuat layaknya sebuah kebun virtual dalam game FarmVille.
“Aplikasi Kebunbibit.id sudah tersedia di Google Play Store mulai 18 Oktober, tampilannya dibuat seperti sebuah game tapi di dalamnya ada daftar harga tanaman.
“Jadi saat mata mengalahkan logika, tanpa sadar kalau sudah enak main pasti mau ada interaksi lain seperti memesan tanaman caranya hanya dengan memindai barcode,” pungkasnya.
Berencana cari investor untuk capai omzet Rp 316 miliar
Berbagai inovasi yang dilakukan disebut Steve merupakan pembeda antara Kebunbibit.id dengan kompetitor lain, seperti salah satunya Bibitbunga.com. Dua perbedaan tersebut yakni sistem pemesanan yang terhubung secara otomatis ditambah dengan konsultasi daring.
Namun begitu, ia mengakui usahanya juga terkena imbas nilai tukar rupiah yang sempat melemah akhir-akhir ini. Lesunya pemesanan terasa pada tanaman-tanaman mahal, sementara untuk tanaman murah sama sekali tidak berpengaruh.
“Meski kami jual tanaman pakai rupiah, biaya operasional seperti server kan bayarnya pakai dolar jadi sangat berpengaruh. Ada beberapa tanaman seperti bonsai langsung sepi, bulan Juni sampai Agustus lalu sangat terasa penurunannya,” ucapnya.
Tak pelak kondisi ini memengaruhi omzet perusahaan, untuk periode yang sama tahun lalu bisa mencapai Rp 5,4 miliar. Untuk mengejar ketertinggalan, ia berharap pada perhelatan Festival Belanja Online yang akan diadakan bulan November nanti. Ia berharap ada pemasukan tambahan 10-20 persen untuk menutupi kelesuan ekonomi dalam tiga bulan tersebut.
Meski terbilang sukses Steve merasa bisnis berjalan lambat, karena itu ia mulai mencari investor untuk membesarkan usahanya dan menggarap. Potensi pasar yang diperkirakan sebesar Rp 316 miliar.
“Memang setiap pengembangan pasti butuh biaya dan resource besar, apalagi kami tidak pakai iklan sama sekali. Kemarin memang sempat mengejar pendanaan series-A, tapi saya masih mau mempelajari perihal pendanaan karena setelah dapat uang investor maunya apa sih,” ungkapnya.
Semula sampai akhir tahun, omzet ditargetkan meningkat 80 persen, tetapi dengan kondisi ekonomi yang sempat melemah Steve hanya mematok target 60 persen dari pemasang aplikasi barunya di perangkat Android. Aplikasi ini diharapkan bisa memberikan kontribusi 40 persen dari target pendapatan perusahaan.
Dengan tim yang saat ini terdiri dari 35 orang, ia berencana melebarkan sayap usahanya dalam bentuk minuman herbal di tahun depan. Potensi yang besar ditambah penyimpanan yang relatif mudah menjadikan minuman herbal sebagai alternatif pengobatan medis.
Mengenai kemungkinan ekspansi ke luar negeri, ia mengaku belum memiliki rencana ke arah itu. Kalau pun ada pesanan dari luar negeri, kemungkian ia akan bekerjasama dengan kebun bibit lokal di negara tersebut.
“Pasar di Indonesia masih besar dan terus tumbuh, kalau nanti sudah flat kemungkinan baru ekspansi ke luar negeri. Penetrasi usaha tanaman online saat ini masih 1 persen, lawannya cuma pasar bunga . Kalau kami mengambil pasar offline ke pasar online tentu potensinya sangat besar,” katanya.
Artikel Terkait:
Solusi smart living ala Modegi
150 juta orang Indonesia masih belum dapat akses internet
Goers, aplikasi acara hiburan di Jakarta
Tahun 2020, transaksi e-commerce Indonesia mencapai US$130 miliar
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di Twitter, LinkedIn or sukai laman kami di Facebook.