Baidu rangkul startup lokal untuk perbesar pasar e-commerce
By Oleh Ervina Anggraini September 28, 2015
- Gelontorkan US$1 juta untuk mengembangkankerja sama dengan startup lokal
- Nilai transaksi e-commerce di Indonesia hingga akhir 2014 mencapai US$12 miliar
FOKUS perusahaan asal Tiongkok, Baidu kini bukan lagi mengandalkan mesin pencarian saja. Seiring dengan meningkatnya tren belanja dalam jaringan (daring), Baidu pun mulai melakukan ekspansi dengan memasuki bisinis e-commerce.
Berbeda dengan di negeri asalnya, di Indonesia Baidu bekerja sama dengan Kementrian Komunikasi dan Badan Ekonomi Kreatif menjaring bibit-bibit pengembang aplikasi lokal. Program kerja sama yang akan dimulai pada kuartal ke empat 2014 ini disebut akan memberikan peluang bagi startup lokal untuk menembus pasar global, khususnya Tiongkok.
Sebagai langkah awal, Baidu memulainya di sektor pariwisata dalam rangka mendongkrak angka kunjungan wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia. Pemerintah Indonesia telah menargetkan angka kunjungan mencapai 10 juta wisatawan asal Tiongkok di tahun 2019.
Melalui inisiasi ini, Baidu akan memfasilitasi startup lokal dari berbagai aspek mulai dari akses pendanaan, pengadaan infrastruktur, teknologi, hingga riset pasar.
“Kami menyediakan US$1 juta dalam bentuk investasi marketing dan teknologi serta membangun infrastruktur kerja untuk startup di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta,” kata direktur Baidu Indonesia Bao Jianlei (gambar) kepada media di Jakarta, 23 September.
Langkah Baidu memasuki ranah e-commerce di Indonesia sejalan dengan ekspansi bisnisnya di negara asalnya.
Seperti dilaporkan Bloomberg, ambisi Baidu untuk berhadapan dengan Alibaba dan Tencent dalam bisnis daring juga merambah ke layanan berbasis lokasi, penjualan offline hingga dunia hiburan.
Misi serupa diharapkan bisa diimplementasikan di pasar Indonesia. Di tahun pertama pelaksanaan program kerja sama dengan pemerintah Indonesia ini, Baidu menargetkan sedikitnya 300 startup dengan rata-rata setiap startup menghasilkan 5 aplikasi.
“Melalui program Go Local Grow Global kami berharap bisa mengumpulkan 1.500 aplikasi yang diambil dari 15 startup terbaik,” ucap marketing manager Baidu Indonesia Iwan Setiawan.
Di tahun diharapkan program ini bisa memberikan kontribusi sekitar 600 ribu wisatawan Tiongkok atau sekitar 18% dari target pemerintah untuk tahun 2016, tambahnya.
Bukan tanpa alasan jika Baidu menjanjikan akan membantu industri pariwisata Indonesia. Sejauh ini layanan Baidu Travel telah digunakan oleh lebih dari 43% wisatawan Tiongkok yang melakukan perjalanan liburan keluar negeri.
Perbesar ekosistem vs bisnis
Ekspansi yang dilakukan Baidu di Indonesia disebut oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (gambar) sebagai satu langkah perluasan bisnis sekaligus tentunya peluang bagi pengembang aplikasi dan programmer lokal.
“Langkah Baidu menyediakan platform di Indonesia dan dimasukkan ke dalam aplikasi travel mereka adalah murni bisnis,” ucapnya.
Meski begitu, Rudiantara tak memungkiri jika restu yang diberikan pemerintah untuk ekspansi bisnis yang dilakukan Baidu bukan tanpa alasan. Yang terpenting adalah keuntungan apa yang bisa ditawarkan untuk Indonesia, tambahnya.
“Pengembang aplikasi harus bisa memanfaatkan peluang ini. Jangan sampai keberadaan mereka di sini tidak memberikan benefit untuk masyarakat,” ungkapnya lagi.
Dalam konteks e-commerce, hingga kini pasar di Indonesia terus tumbuh. Di tahun 2014, Rudiantara menyebut nilai transaksi e-commerce di Indonesia mencapai US$12 miliar. Mayoritas transaksi berasal dari industri transportasi.
“Kita tahu sekarang semakin banyak orang membeli tiket secara online. Mereka tidak perlu lagi pergi ke travel biro, tapi cukup bertransaksi melaui internet,” kata menteri yang akrab dipanggil dengan sebutan Chief RA.
Menurutnya, meski terus tumbuh, angka transaksi e-commerce di Indonesia masih tergolong kecil dibandingkan dengan di Tiongkok. Hingga akhir tahun 2014, jumlah transaksi e-commerce di Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai US$430 miliar.
“Transaksi e-commerce di Tiongkok setara dengan tiga kali APBN Indonesia tahun 2014. Ini jumlah yang luar biasa besar,” tambahnya.
Ketua Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan pertumbuhan e-commerce turut berkontribusi terhadap nilai tambah ekonomi kreatif terutama membuka lapangan kerja baru.
“Hingga tahun lalu ada 12 juta lapangan kerja dari e-commerce, tapi baru bisnis kuliner yang memberi kontribusi terhadap nilai tambah ekonomi kreatif yakni sebesar 32,6 persen,” ucapnya.
Pemerintah belum sanggup jadi investor
Soal kemungkinan pemerintah memberikan investasi bagi startup lokal Rudiantara mengaku saat ini hal tersebut belum bisa dilakukan. Menurutnya, di tengah kondisi ekonomi nasional yang melemah saat ini peran berbagai pihak untuk mendukung pertumbuhan e-commerce sangat dibutuhkan.
“Pemerintah sejauh ini belum bisa mengalokasikan dana untuk dukung startup. Sekarang yang memungkinkan adalah mengajak konglomerat yang memiliki kepedulian dan mau menanamkan modal untuk mendukung ekosistem startup ini,” katanya.
Artikel Terkait:
Baidu pact for M'sian businesses to reach China’s booming Net market
Go Far East, young startups: Microsoft Ventures China
Coda Payments in deals with SEA telcos, expands merchant network
Malaysia and China in digital economy pact
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di Twitter, LinkedIn or sukai laman kami di Facebook.